A. Deskripsi Estuaria
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari
didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah
tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Estuaria adalah wilayah
pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka
dan menerima masukan air tawar dari daratan atau perairan muara sungai
semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut
dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah sungai yang tergenang air
laut, baik karena permukaan laut yang naik (misalnya pada zaman es
mencair) atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh sebab-sebab
tektonis. Estuaria juga dapat terbentuk pada muara-muara sungai yang
sebagian terlindungi oleh beting pasir atau lumpur.Sebagian besar
estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang
dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara
sungai, teluk dan rawa pasang-surut.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:
1) Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang
berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi,
pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh
besar pada biotanya.
2) Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat
air laut.
3) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan
komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan
sekelilingnya.
4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut
air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta
topografi daerah estuaria tersebut.
B. Sifat-sifat Ekologis Estuaria
Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria
sangat bervariasi. Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut
waktu. Berikut adalah sifat-sifat ekologis estuaria secara umum:
1) Salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas
wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada
tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal,
umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada
salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar
cenderung ‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan
garam. Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji
garam’. Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi
berkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria negatif’. Misalnya pada
estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di
daerah gurun pada musim kemarau.
2) Laju penguapan air di permukaan, lebih tinggi daripada laju masuknya
air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih
tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan
mengalir ke arah laut di bawah permukaan. Dengan demikian gradien
salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada ‘estuaria positif’.
3) Dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi
perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola
ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.
4) Perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat
dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat
lambat.
5) Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang
berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun
dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang
terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada
kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban.
C. Karakteristik fisik
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang
penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang
penting adalah sebagai berikut:
1) Salinitas
Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung
pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut.
Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi
mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari
laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang
rendah.
2) Substrat.
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal
dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut.
Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga
substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan
makanan yang penting bagi organisme estuaria.
3) Sirkulasi air
Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya
air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan
transport air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton
yang hidup tersuspensi dalam air.
4) Pasang-surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan
plankton. Di samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan
menggelontorkan limbah yang sampai di estuaria.
5) Penyimpanan zat hara
Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove
dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan
menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh
organisme hewani.
Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif yang
setaraf dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena:
Estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat didaurulang.
Beragamnya komposisi tumbuhan di estuaria baik tumbuhan makro
(makrofiton) maupun tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses
fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun.
Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut,
sehingga antara lain memungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat
hara yang diperlukan berbagai organisme estuaria.
D. Klasifikasi Estuaria
Berdasarkan karak¬teristik geomorfolo¬gi¬nya, Estuaria dapat dike¬lompokkan atas empat tipe, yaitu:
1) Estuaria dataran pe¬sisir, paling umum dijumpai, dimana
pem¬bentukannya terjadi akibat penaikan per¬mukaan air laut yang
menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
2) Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting
pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi
interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3) Fjords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas
glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4) Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektoknik (gempa bumi
atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah
yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.
Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air, terdapat tiga tipe estuaria,yaitu:
1) Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam,
dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin.
Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar
dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut
yang dipengaruhi oleh pasang-surut.
2) Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial merupakan tipe yang paling
umum dijumpai. Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai seimbang
dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Pencampuran air dapat
terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh
aksi pasang-surut.
3) Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Estuaria
tipe ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat
dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak
terdapat stratifikasi.
E. Biota Estuaria
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga
komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan
tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau.
1) Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan
salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar
perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar
di atas 30‰. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk
lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰
atau kurang.
2) Fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas
5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari
estuaria.
3) Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar
garam antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang
sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa
jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia,
udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis. Di samping itu terdapat
pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria
untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya,
menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi
ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem
(Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam
perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah.
Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan
lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan
Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria
adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada
ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas
sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan
letaknya dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi
lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang
hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung jawab
terhadap terbatasnya fauna khas setempat.
F. Rantai Makanan di Estuaria
Pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang
didefinisikan berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut
dikonsumsi : grazing, detritus dan osmotik. Fauna diestuaria, seperti
udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan
saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks .
G. Peranan Ekosistem Estuaria
Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan
organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus
pasang surut air laut. Produktifitas primernya sendiri, karena
sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan
karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas
oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton.
Meski demikian, bahan-bahan organik dalam rupa detritus yang terendapkan
di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga dan
bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat
trofik di atasnya. Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh
Odum dan de la Cruz (1967, dalam Nybakken 1988) yang mendapatkan bahwa
air drainase estuaria mengandung sampai 110 mg berat kering bahan
organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya mengandung
bahan yang sama 1-3 mg per liter.
Oleh sebab itu, organisme terbanyak di estuaria adalah para pemakan
detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi
unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain
yang tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan
detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan dimakan oleh udang
dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya
seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.
Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria,
bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria
cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih
bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin,
hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang
kemudian membawa pergi energi keluar
Secara umum estuaria mem¬pu¬nyai peran ekologis penting sebagai berikut:
Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal circulation).
Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang…) yang
bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground).
Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar
(nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
H. Pemanfaatan Estuaria
Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
Sebagai tempat pemukiman.
Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
Sebagai jalur transportasi.
Sebagai pelabuhan dan kawasan industri
Sebagai areal hutan
Sebagai tempat pariwisata
Sebagai tempat perkebunan